Sekitar bulan Mei tahun 1998 saat saya harus menyelesaikan kuliah (S2), ada gangguan kesehatan yang menyiksa. Berawal dari rasa sakit di pinggang kanan dan perut kanan bawah yang sangat mengganggu aktivitas, mulailah saya bolak-balik ke dokter untuk mencari kesembuhan.
Dugaan awal dokter keluarga adalah usus buntu yang meradang. Setelah melalui pengobatan yang panjang, penderitaan tidak berkurang, malah parah. Rasa sakit bertambah dan menjalar hingga kaki paha kanan terus ke bawah hingga telapak kaki. Pekerjaan di kantor menjadi terbengkalai karena untuk duduk lebih dari 1 jam saja saya tidak kuat, setiap kali harus berbaring untuk meluruskan punggung selama + 10 menit baru bisa beraktivitas lagi.
Setelah sekian kali bolak-balik ke rumah sakit untuk periksa organ dalam di sekitar pinggang dan perut, akhirnya dokter menegakkan diagnosa akhir : Ren Mobilis. Arti harafiahnya ; ren adalah ginjal, sedangkan mobilis adalah bergerak.
Setelah sekian kali bolak-balik ke rumah sakit untuk periksa organ dalam di sekitar pinggang dan perut, akhirnya dokter menegakkan diagnosa akhir : Ren Mobilis. Arti harafiahnya ; ren adalah ginjal, sedangkan mobilis adalah bergerak.
Itulah yang terjadi ... pada kondisi normal, kedua ginjal kita terletak di sekitar ... tulang belakang, yang sebelah kanan lebih kebawah sedikit karena didekatnya ada hati (lever). Pada kondisi saya, ginjal kanan bisa bergerak turun sampai ke rongga perut dan mendesak usus2 hingga menimbulkan rasa sakit. Penyebab turunnya ginjal ini diduga karena lemahnya otot penggantung ginjal. Pada posisi berbaring, ginjal kanan ini bisa kembali ke posisi semula. Pada saat ditemukan kondisi tersebut, dokter (internis) langsung menyarankan untuk operasi. Namun karena takut, saya pindah dokter untuk mendapatkan second opinion. Dokter berikut dipilih spesialis bedah urinologi, yang prakteknya di depan RS. Telogorejo. Dari dokter ini diberikan solusi awal untuk mengikat perut dengan korset, caranya unik, pasien musti berbaring dulu (untuk mendapatkan posisi ginjal pada tempatnya) kemudian pasang korset, baru boleh berdiri. Terapi dengan memasang korset ini cukup membantu namun tidak bertahan lama, selain repot, pada jam makan seringkali terasa sangat menyesakkan karena perut tidak bisa melar.
Akhirnya saya kembali ke dokter dan disarankan untuk operasi, dengan diberikan pemahaman2 bahwa hasil operasi mungkin 50% (ada kemungkinan masih merasakan sakit). Prosedurnya pun cukup mengerikan (diterangkan dengan gamblang oleh dokternya), karena operasi akan membuka punggung bagian samping untuk membuat jaringan ikat pada ginjal agar tidak turun2 lagi. Setelah operasi pasien tidak boleh berbaring terlentang selama 2 minggu. Surat rujukan untuk rumah sakit sudah ditangan, tinggal menunggu hari ....
Dalam kondisi gundah gulana tersebut, saya bertemu dengan seorang teman yang juga aspel (asisten pelatih) di Sinar Perak. Melalui teman tersebut, saya diajak untuk berobat ke klinik (waktu itu masih di Jl. MT. Haryono, Semarang) dan disarankan untuk ikut latihan senam pernafasan Sinar Perak di lapangan UNDIP. Selama latihan, sedikit demi sedikit rasa sakit berkurang, niat operasi sudah terlupakan, namun korset belum berani saya lepaskan. Hingga sampailah waktu ujian kenaikan tingkat di Yogya .... jadwal yang ketat, membuat saya tidak sempat untuk memasang korset dan setengahnya juga lupa, karena rasa sakit sudah jauh berkurang. Acara diawali dengan lari keliling lapangan ... . Selesai berlari, baru sadar kalau saya tidak ”berkorset”, rasa panik mulai menyerang .... karena biasanya setelah beraktifitas fisik (terutama yang ada hentakan-hentakan kaki), langsung sakit itu datang. Namun rasa panik segera reda, karena sungguh aneh ... rasa sakit yang selama ini mendera ... sudah pergi entah kemana. Sejak saat itu, saya tidak berteman dengan korset lagi.
Mau tahu penyebab ren mobilis saya menurut SP? Sebabnya adalah .... selama ini saya kurang mensyukuri nikmat Allah. Dalam menjalani kehidupan .... saya masih banyak mengeluh, ngedumel, dll ... Kayaknya sepele ya ... tapi efeknya begitu berat. Selama konsultasi di klinik, latihan di Undip saya disarankan untuk introspeksi perilaku selama ini, kemudian memohon ampunan kepada Allah SWT (istiqfar yang benar-benar sangat dalam dengan sholat malam) dan di kehidupan sehari-hari tidak lagi mengeluh ... apapun yg terjadi selalu harus disyukuri.
Itulah yang terjadi ... dengan Sinar Perak, saya terhindar dari operasi ginjal yang cukup mengerikan. Hingga saat ini (awal 2008), kondisi ginjal saya alhamdulillah tetap baik dan saya masih setia mengikuti latihan senam pernafasan ini pada hari minggu pagi di lapangan parkir Telkom, Jl. Pahlawan, Semarang. Di lingkungan Sinar Perak ini, saya merasakan ikatan persahabatan yang sangat erat, setiap personil saling peduli satu-sama lain, saling mendukung, saling mengingatkan untuk selalu sabar dan tawakal dalam menjalani hidup. Dengan tetap bergabung di Sinar Perak (sejak 1998) hingga sekarang (2008) saya merasa mendapatkan anugerah ganda : (1). badan yang tetap bugar dengan latihan senam pernafasan dan (2). ketentraman hati dengan selalu sabar, tawakal dan menjaga akhlak yang baik. Maaf ya ... curhatnya kepanjangan ...
Posting ini ditulis apa adanya oleh seorang ibu anggota SP di Semarang.
1 comment:
Subhanallah, moga ini bisa menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita semua..
Post a Comment